Kamis, 28 November 2013

Cerita Patuat Gaja

Dahulu kala, adalah seorang pemuda dari Lumban Sianipar-Balige dimana keturunannya menyebutnya dengan Raja Patuat Gaja. Dia adalah cucu dari Raja Sianipar. Nama Raja Patuat Gaja ini bukan muncul begitu saja tetapi dari peristiwa yang sangat dikenal oleh keturunan Raja Patuat Gaja ini yang juga menentukan pihak yang disebut tulang bona ni ari dari keturunan Raja Patuat Gaja ini.

Dahulu kala, di tanah Batak, ada sebuah acara pesta muda-mudi yang bertujuan sebagai wadah perkenalan pemuda-pemudi Batak. Di dengar oleh Raja Patuat Gaja inilah bahwa di daerah Silindung ada pesta muda-mudi sehingga diapun berangkat dari Lumban Sianipar-Balige. Dalam pesta itu, Raja Patuat Gaja terpikat melihat cantiknya seorang gadis dari marga Simanungkalit yang bernama Margidol. Raja Patuat Gaja memetik sekuntum bunga-bungaan yang berada di sekitar tempat itu kemudian memberikannya kepada Margidol br Simangkalit. Dahulu kala, jika ada seorang pemuda memberikan sekuntum bunga kepada seorang gadis maka gadis tersebut tidak dapat menolak cinta dari pemuda tersebut.
Ketika orang tua Margidol br Simanungkalit mengetahui hal itu, sangatlah resah hatinya karena ternyata Margidol br Simanungklalit ini sudah ditunangkan dengan orang lain. Orang tua Margidol br Simannungkalit ini berencana menggagalkan dan membatalkan lamaran dari Raja Patua Gaja. Ketika Raja Patuat Gaja datang melamar Margidol br Simanungkalit kepada orang tuanya, maka mereka memberikan syarat kepada Raja Patuat Gaja untuk membawa seekor gajah putih ke kampung mereka. Gajah di tanah Batak tidak ada yang berwarna putih dan kampung Simanungkalit ini berada di sebuat lembah yang dikelilingi bukit. Namun, syarat yang diberikan oleh mereka disetujui oleh Raja Patuat Gaja.

Pergilah Raja Patuat Gaja mencari seekor gajah liar yang berwarna abu-abu, selayaknya warna seekor gajah. Selain mencari seekor gajah, Raja Patuat Gaja juga mencari cat warna putih yang dahulu kala berasal dari sejenis tanah yang berwarna putih. Raja Patuat Gaja mengganti warna gajah tersebut dengan warna putih sama seperti permintaan Simanungkalit ini. Tantangan berikutnya yang harus dia lalui adalah bagaimana menurunkan seeokor gajah ke kampung Simanungkalit ini, namun tantangan ini akhirnya dapat dia lalui dan memberikan seekor gajah putih kepada Simanungkalit, orang tua Margidol br Simanungkalit dan mereka tercengang dengan seekor gajah putih ada di depan mereka. Itulah sebabnya keturunannya memberi gelar Raja Patuat Gaja (Raja yang menurunkan gajah).
Namun, tetap saja orang tua Margidol br Simanungkalit ini tidak mau menerima lamaran Raja Patuat Gaja. Mereka akan tidak mengakui Margidol br Simanungkalit sebagai anaknya jika Margidol br Simanungkalit tetap menikah dengan Raja Patuat Gaja. Namun, karena Raja Patuat Gaja begitu terpikat dengan Margidol br Simanungkalit, dia tetap bersikeras akan menikahinya dengan alasan kejadian di pesta nuda-mudi tersebut. Melihat hal itu, maka kakek Margidol br Simanungkalit maju dan menyetujui pernikahan mereka dan akan menganggap Margidol br Simanungkalit sebagai anaknya jika orang tua Margidol br Simanungkalit tidak mengakuinya sebagai anaknya. Akhirnya pernikahan mereka terjadi.
Kisah yang dialami oleh Raja Patuat Gaja ini akan menentukan posisi marga Simanungkalit dalam silsilah marga Sianipar keturunan Raja Patuat Gaja ini. Marga Simanungkalit menjadi tulang bona ni ari, yaitu sebagai tulang yang posisinya paling tinggi dalam silsilah Batak. Setiap orang dari marga Sianipar wajib menghormati marga Simanungkalit. Dan hal tersebut juga mempengaruhi posisi marga Sianipar dalam silsilah marga Simanungkalit. Ketika ada pesta adat dari marga Simanungkalit, maka mereka akan memanggil marga Sianipar sebagai boru (putri) kesayangan.
Raja Patuat Gaja akhirnya mempunyai empat orang anak dari Margidol br Simanungkalit dan mereka tinggal di Lumban Sianipar-Balige. Dan sekarang makam Raja Patuat Gaja ini ada di pintu masuk kampung Lumban Sianipar ini dengan model makam Batak yang khas.

Sumber : http://batarasianipar.blogspot.com/2011/05/kisah-raja-patuat-gaja.html


Gambar makam Patuat Gaja di Balige, Tobasa, Sumatera Utara

3 komentar:

  1. Sedikit tambahan, kakek Mardigol br. Simanungkalit itu keturunan dari Simanungkalit Marbunga Raja sementara Mardigol br. Simanungkalit itu keturunan dari Simanungkalit Tuan Namora.

    BalasHapus
  2. Sedikit tambahan, kakek Mardigol br. Simanungkalit itu keturunan dari Simanungkalit Marbunga Raja sementara Mardigol br. Simanungkalit itu keturunan dari Simanungkalit Tuan Namora.

    BalasHapus
  3. pisau untuk memotong gajah itu ada di opung raja patuat gajah sianipar apa di rumah raja Simanungkalit atau sama opung raja patuat gajah sianipar??

    apakah gajah itu berontak apa diam saat di potong sama opung raja patuat gajah??

    tolong di jawab ya abang,uda,paktua,opung.

    BalasHapus